PENGANTAR GEOFISIKA
“Metode Magnetik”
“Metode Magnetik”
Oleh :
Nursami
Fajriani (60400114056)
Kelas : Geofisika B
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya kita selalu haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
kemudahan kepada hambanya baik dalam bentuk pertolongan apapun. Salah satu nya
itu adalah dalam kelancaran penyusunan makalah ini.
Makalah ini di buat
untuk memudahkan dalam proses pembelajaran baik penyusun maupun pembaca itu
sendiri, selain itu dapat membuat Ilmu
Pengetahuan kita dapat bertambah, khususnya dalam bidang Geofisika. Makalah
ini berjudul “Metode Magnetik” yang
memuat tentang ruang proses eksplorasi dalam bidang magnetik.
Dengan terselesaikannya
makalah ini, Penyusun berharap sekiranya
makalah ini bermanfaat untuk kedepannya, walaupun banyak terdapat kekurangan di
dalamnya. Penyusun mengaharapkan kritik dan saran.Terima Kasih
Wassalamualaikum Wr.Wb
Samata.
Kamis 19 Mei 2016
Nursami
Fajriani
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Metode geofisika merupakan ilmu yang mempelajari
tentang bumi yang berdasaran pengukuran fisis di permukaan bumi. Sifat fisis
yang umum digunakan diantaranya kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan
jenis dapat menafsirkan struktur lapisan tanah, berat jenis batuan, dan mutu
air (Todd, 1959). Secara umum, metode geofisika di katagorikan atas metode
aktif yang membuat medan gangguan kemudian mengukur respon dan metode pasif
yang mengukur medan alami dari bumi. Bumi dianalogikan sebagai batang magnet
raksasa dan memiliki medan magnet yang berasal dari dalam inti bumi. Metode
magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan medan magnet
bumi.
Pengukuran dilapangan yang diukur berupa besaran fisis
yaitu kuat medan magnet dan densitas medan magnet, sehingga di dapat intensitas
medan magnetic total. Analisis anomaly medan magnet digunakan untuk
mengintepretasikan susceptibilitas struktur geologi yang menonjol pada daerah
tersebut
I.2 Rumusan Masalah
Memahami metode magnetik dari
prinsip kerja serta jangkauannya
I.3 Manfaat
Manfaat dalam makalah ini memberikan
pemahaman mengenai proses metode magnetik sert penerapannya dalam dunia
eksplorasi bumi
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.Sejarah Metode Magnetik
Sejarah perkembangan
Metode Magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu. Orang yang pertama
kali melakukan penelitian magnetisasi bumi secara ilmiah adalah Sir William
Gilbert(1540 – 1603). Gilbert adalah orang yang pertama kali melihat bahwa medan
magnet bumi ekivalen dengan arah utara – selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan
Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir endapan
bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi. Hasil
penelitiannya kemudian dibukukan oleh Thalen (1879) dengan judul :” The
Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetic Measurement” yang kemudian menjadi
pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi (Geomagnet) Metode magnet adalah salah
satu metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi
dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh
kerentanan magnet batuan. Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi
intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi
(anomali) benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Variasi intensitas
medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik dibawah permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan
geologi yang mungkin teramati. Pengukuran intensitas medan magnetik dapat
dilakukan di darat, laut maupun udara. Susceptibilitas magnet batuan adalah
harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat
kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan
mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya.
Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan
tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan
kegiatan gunungapi. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi minyak
bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian
prospeksi benda-benda arkeologi. 2.2 Anomali Magnet Anomali magnet terjadi
karena adanya variasi medan magnet kearah spasial secara regional. Pola anomali
ini dicirikan oleh pergantian antara anomali positif-negatif dan sejajar dengan
sumbu pemekarannya. Pola ini dikenal dengan sebutan “zone of striped magnetic
anomalies”. Hasil inverse anomali ini, dengan dibantu oleh data radiometri,
umur lantai samudra yang bertambah terhadap jarak dari sumbu pemekaran dan
kecepatan rata-rata pemekarannya dapat diturunkan. Intensitas medan magnet
dipermukaan bumi diukur menggunakan magnetometer. Hasil pengukuran dari
magnetometer ini berupa penjumlahan dari medan magnet bumi utama, variasi medan
magnet bumi yang berhubungan dengan variasi kerentanan magnet batuan, medan
magnet remanen dan variasi harian akibat aktivitas di matahari. Variasi medan
magnet bumi yang berhubungan dengan variasi kerentanan magnet batuan sangat
berhubungan dengan variasi k. Harga anomaly pada suatu titik amat digunakan
dengan cara menghilangkan medan pertama, ketiga, dan keempat pada harga megnet
pengukuran. Anomali magnetik dapat diturunkan dengan menggunakan hubungan
Poisson’s dari persamaan yang berhubungan dengananomali gaya berat (gravitasi).
B. Pengertian Metode
Magnetik
Metode
magnetik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang dilakukan dengan
meninjau hasil pengukuran anomali magnetik. Anomali ini diakibatkan oleh
perbedaan suseptibilitas atau permeabilitas magnetik di satu daerah dari daerah
di sekelilingnya. Intensitas magnetik diukur menggunakan magnetometer. Variasi
intensitas magnetik (anomali) diakibatkan oleh perbedaan distribusi mineral yang
bersifat ferromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Metode ini digunakan
pada studi geotermal karena mineral-mineral ferromagnetik akan kehilangan sifat
kemagnetannya bila dipanaskan hingga temperatur tertentu, sehingga digunakan
untuk mempelajari daerah yang kemungkinan memiliki potensi geotermal. Metode
magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di
permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi(suseptibilitas). Variasi yang terukur
(anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi
intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk
distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar
bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki kesamaan
latar belakang fisika dengan metode gravitasi, kedua metode sama-sama
berdasarkan kepada teori potensial, sehngga keduanya sering disebut sebagai
metoda potensial. Namun demikian, ditinjau dari segi besaran fisika yang
terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus
mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam
gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan
magnetik lebih menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode
magnetik memiliki variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran
intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode
magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi,
dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi
benda-benda arkeologi.
Metode
magnetik yang berhubungan dengan ayat dalam Al-Qur’an
Surat Yasin :
36
Terjemahannya:
“Maha
Suci Rabb, yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi, dan dari diri mereka, maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui." – (QS.36:36)
C. Prinsip metode
magnetik
Prinsip metode magnetik dalam
metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana
medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih
kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan.
Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali
magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen
magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan
sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Bumi sebagai benda magnet telah di kenal sejak
lama. Prinsip dasar dari metode magnetik ini ialah Hukum tarikan Coulomb.
Satuan kuat kutub ditentukan oleh syarat bahwa gaya magnetik (F) = 1 dyne cgs.
Bila mana dua kutub terpisah 1 cm tanpa media seperti udara (nilai
permeabilitas udara = 1). Kutub medan magnet (H) tersebut dinyatakan dengan 1 Oested atau Gaus.
D. Gaya Magnet (F)
Menurut hukum Coulomb untuk kutub magnetik,
jika dua buah kutub magnet m1 dan m2 yang terpisah sejauh
r, maka akan timbul gaya di antara keduanya sebesar:
F= (m1 m2/µr2)r1
Dimana: F = Gaya dalam dyne terhadap m1
dan m2
µ = Permeabilitas magnet
r = Jarak antara dua kutub m1 ke m2
Konstanta µ =
permeabilitas tergantung sifat magnet dari medium di mana kutub tadi berada. Satuan kutub magnet m1
dan m2 disebut magnet yang memiliki daya. Satuan daya atau kekuatan
kutub ditentukan F=1 dyne, bila dua satuan kutub dipisahkan oleh jarak 1 cm,
dan berada dalam suatu medium yang non magnetic misalkan udara, maka µ = 1
Jika muatan
yang berinteraksi lebih dari dua buah, maka gaya magnet totalnya adalah:
Jika kedua
benda memiliki arah garis gaya magnet yang berlawanan arah, maka kedua benda
akan saling tarik menarik.
E. Kuat Medan Magnet (H)
Kuat medan magnet yang dinyatakan dengan (H) di suatu
titik di definisiksn sebagai gaya persatuan kutub yang bekerja pada suatu kutub
dengan kuat medan magnet pada titik yang berjarak r dari kutub m adalah:
Medan magnet
tersebut umumnya dinyatakan sebagai garis-garis gaya yang menunjukan medan
magnet. Besaran H dinyatakan dalam oersted yaitu dyne persatuan kutub dan yang
dinyatakan dengan jumlah garis gaya magnet. Jadi makin besar gaya magnet maka
makin banyak garis gaya magnet tersebut (dalam CGS).
F. Momen Magnet (M)
Satuan kutub terdiri dari kutub +m dan –m saling
berlawanan arah yang dipisahkan oleh jarak l, maka moment magnetiknya
dapat didefinisikan sebagai berikut:
M = F.l
M = ml r1 = M r1
+m=-m
G. Intensitas Magnet (I)
Suatu benda magnetik ditempatkan dalam suatu medan
magnet luar, maka benda tersebut akan termagnetisasi oleh medan magnet luar
tersebut (terimbas). Benda yang terimbas oleh medan magnet luar tersebut akan
memiliki intensitas dan arah kutub yang sama dengan medan yang
mengimbas. Secara matematik di definisikan dalam momen magnet persatuan volume, yaitu:
Intensitas magnet selalu mengarah kepada medan
magnet yang mengimbasnya, kekuatannya sama dengan medan yang mengimbasnya.
H. Kerentanan / Magnetik Suseptibility (k)
Suatu benda / material diletakkan
pada medan magnet luar (H), maka intensitas magnetik (I) akan berbanding lurus
dengan kuat medan luar yang menginduksinya. Jadi suseptibilitas dapat
diasumsikan sebagai kemampuat suatu benda / material untuk terinduksi oleh
magnet luar, yang didefinisikan sebagai berikut:
Dimana k=0
untuk ruang hampa.
Dari
persamaan di atas, suseptibilitas merupakan besaran yang menyatakan kemampuan
suatu batuan/mineral dalam memberikan respon terhadap medan magnet luar.
Kemampuan suatu benda untuk terinduksi, tergantung pada batuan atau mineral
yang menyusunnya. Dimana “k” dinyatakan dalam satuan “cgs” sebagai 10-6
emu/ cc atau cgsu.
1
cgsu = 4µ(10-3)
SI
1SI=1/4 µ cgs
I. Induksi Magnet (B)
Kutub magnet pada suatu
benda / material yang terimbas oleh medan magnet luar (H) akan
menghasilkan medan magnet itu sendiri H’, kemudian di hubungkan dengan
intensitas magnet I ditunjukan oleh rumus:
H’=4π I
Induksi
magnet (B), didefinisikan sebagai medan magnet total dalam suatu bidag
magnetik. Merupakan penjumlahan dari kuat medan magnet luar dan medan magnet
dalam, dengan rumus:
B=H+H’ atau B=H+4πI
Dengan menggabungkan persamaan di atas dengan
persamaan sebelumnya, maka diperoleh:
B=H+4kH = (1+4µk)H maka B=µH
Dimana µ = Permeabilitas medium
Permeabilitas
medium merupakan suatu ukuran modifikasi oleh induksi pada gaya tarik atau gaya
tolak antara kutub magnetik.
Dimana:
µ = Permeabilitas medium
B = Induksi magnet
H = Medan magnet
K = Kerentanan magnet (Magnetic Suceptibility)
J. Hysteresis Loop (Lengkung hysteresis)
Hysteresis loop ini menunjukan tentang hubungan B
dengan H kedua besaran ini dapat menjadi rumit pada bahan-bahan magnet yang
banyak mengandung mineral-mineral ferromagnetic, seperti di tunjukkan pada
gambar berikut ini:
Bila suatau
benda magnetik dimagnetisasi, B akan meningkat sesuai dengan bertambahnya H,
sehingga cenderung mendatar karena kejenuhannya. Bila secara perlahan-lahan
medan magnet di tiadakan, penurunan kurva tidak melintasi kurva yang sebelumnya
dan menuju nilai B positif saat H=0. ini di kenal sebagai magnetisasi sisa (residual
magnetism) dari benda tersebut. Ketika H di kembalikan, maka B menjadi 0
pada H yang negatif, dikenal sebagai gaya paksaan (coercive force).
Sebagian
dari kurva histeresis diperoleh pada posisi H yang lebih negatif, sehingga
kejenuhan magnetisasi tercapai kembali dan kemudian mengembalikan H pada posisi
saat kejenuhan positif semula. Sepanjang sumbu tegak dengan lintasannya pada
kurva, dapat ditentukan pengkutuban magnet induksi pada saat medan magnet
dihilangkan. Sedangkan pada sumbu datar, yang di tentukan adalah berapa besar
medan magnet yang berlawanan diperlukan untuk meniadakan induksi magnetik.
K. Sifat-sifat Kemagnetan Batuan dan Mineral
Kekuatan batuan / mineral untuk terimbas oelh medan
magnet luar dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, tergantung dari atom-atom
penyusunnya, seperti Diamagnetik, Paramagnetik, Ferromagnetik, ferrimagnetik,
dan Antiferromagnetik. Di bawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing
bagian.
1. Diamagnetik
Batuan yang
berkategori diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas (k) negatif, sehingga
intensitas imbasan dalam batuan / mineral tersebut memberikan efek magnet lemah
dan mengarah berlawanan dengan gaya medan magnet tersebut. Hal ini terjadi
karena dalam batuan yang mempunyai kulit electron yang telah jenuh atau tiap
electron telah memiliki pasangan, sehingga electron tersebut akan berpresisi
jika mendapat medan magnet luar (H). Contoh batuan diamagnetik antara lain:
Marmer, Grafit, Bismut, Garam, Kuarsa, dan Gipsum atau Anhidrit.
2. Paramagnetik
Batuan /
mineral paramagnetik mempunyai susceptibilitas batuan (k) positif dan sedikit
lebih besar dari satu. Interaksi antar atomnya lemah, karena kulit electron
terluar belum jenuh (tidak berpasangan). Electron-electron tersebut akan
mengisi tempat yang kosong terlebih dahulu sebelum berpasangan.
Adapun momen magnetik batuan
paramagnetik ini menyebar secara acak seiring perubahan suhu. Tetapi bila
diberi medan magnet luar, momen magnetnya akan searah dengan medan magnet luar,
sehingga memperkuat medan magnet luar. Contoh batuan jenis ini antara lain:
Piroksen, Olivin, Granit, Biotit dll.
3. Ferromagnetik
Besi,
Cobalt, Nikel merupakan bahan / mineral yang bersifat ferromagnetik. Atom-atom
penyusunnya mempunyai momen magnet dan interaksi antar atom-atom tetangganya
begitu kuat, sehingga momen semua atom dalam suatu daerah mengarah sesuai
dengan medan magnet luar yang diimbaskan.
Bahan magnetik yang bersifat
ferromagnetic lebih banyak memiliki kulit electron yang hanya diisi oleh satu
electron dibandingkan batuan yang bersifat paramagnetik, sehingga material
ferromagnetik akan lebih mudah terinduksi oleh medan magnet luar.
4. ferrimagnetik
Pada umumnya
mineral dengan sifat kemagnetan tinggi di alam bersifat ferrimagnetik.
Bahan-bahan dikatakan ferrimagnetik bila momen magnet pada dua daerah magnet
saling berlawanan arah satu sama lain, tetapi garis gaya magnet tidak nol saat
H=0. Ini menunjukan adanya gaya magnet yang lebih kuat yang mendominasi
daripada yang lainnya.
5. Antiferromagnetik
Suatu bahan mineral akan
bersifat antiferromagnetik pada saat kemagnetan benda ferromagnetic naik sesuai
dengan kenaikan temperatur yang kemudian hilang setelah temperatur mencapai titik
Curie (4000C-7000C). Harga momen magnetik sangat kecil
hingga nol, karena momen magnet saling tolak-menolak dan berlawanan arah. Nilai
suseptibilitasnya (k) sangat kecil seperti batuan / mineral yang bersifat
paramagnetik, misalnya hematite.
6. Susceptibilitas Magnet pada Batuan dan Mineral
Mineral
ferrimagnetik merupakan sumber utama dari anomali magnetik lokal, telah
dilakukan percobaan untuk membuat persamaan hubungan antara susceptibilitas
batuan dengan konsentrasi Fe3O4. Kemagnetan pada batuan sebagian
di sebabkan oleh imbasan dari suatu gaya magnet yang berasosiasi dengan medan
magnet bumi dan sebagian dari kemagnetan sisa. Kemagnetan imbas suatu formasi
batuan merupakan suatu fungsi darikerentanan magnet volume k( volume mgnetic
susceptibility), serta besar dan arah dari magnet yang mengimbas.
Suatu benda yang mudah terimbas oleh
medan magnet luar memiliki kerentanan magnet yang tinggi. Unsur-unsur yang
mengontrol kerentanan magnet batuan diantaranya adalah jumlah serta ukuran
butir dan penyebaran mineral ferrimagnetik yang terkandung.
Harga kerentanan magnet (k) untuk
tiap sampel batuan berbeda-beda. Batuan beku dan batuan metamorf pada umumnya
mempunyai harga “k” yang relatif besar dibandingkan dengan sedimen. Batuan basa
dan ultrabasa mempunyai harga “k” paling tinggi, batuan gunung api asam dan
batuan metamorf mempunyai kerentanan magnet sedang hingga rendah, dan batuan
sedimen pada umumnya mempunyai kerentanan magnet yang sangat rendah.
L. Medan Magnet di
Alam
Jarum magnet selalu berorientasi
pada setiap titik di sepanjang permukaan bumi. Anomali magnet memiliki arah dan
besarannya sendiri yaitu Inklinasi (I), Deklinasi (D), Medan magnet tegak (Vertikal
Magnetic Field / Z), Medan magnet datar (Horizontal Magnetic Vield / H),
dan Medan Magnet Total (Total Magnetic Vield / F).
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat hubungan
geometris antara Inklinasi, Deklinasi, magnet datar dan medan magnet total.
Dimana : Y = Utara Geografi
H = Magnet
Horizontal / Utara / Meridian magnet setempat (Local Magnetic Meridian)
X = Timur
Geografi
Z = Magnet
Tegak
T = Magnet
Total
Hubungan geometriknya adalah sebagai berikut:
H = T Cos I
Y = H Cos D
Z = T Sin I
X = H Sin D
X2
+ Y2 + Z2 + = H2 + Z2 = T2
Dimana :
I = Sudut
inklinasi (Sudut yang dibentuk oleh utara magnet dan magnet total)
D= Sudut deklinasi (Sudut yang dibentuk
antara utara geografi dan utara magnet)
T = Magnet total = Magnet bumi
Dalam satuan
S.I (Sistem Internasional) H adalah dalam Ampermeter (Am-1), dalam
sistem cgs, H dinyatakan dalam Oersted. Kuat medan magnet (H) suatu bahan
tergantung dari sistem atom-atom penyusun bahan itu sendiri. Dan kuat medan
magnet yang terukur di permukaan bumi 90% berasal dari dalam bumi internal
field), sedangkan sisanya 10% adalah medan magnet dari kerak bumi (eksternal
field).
MAGNETOMETER
GSM 19T
adalah peralatan standar proton magnetometer / gradiometer yang dirancang
supaya bisa di bawa-bawa dengan mudah atau di gunakan sebagai base station
sebagai alat pengamatan metode geofisika yang berhubungan dengan
medan magnet bumi, dan dapat juga di aplikasikan untuk pengamatan geoteknik ,
eksplorasi arkeologi, pengamatan medan magnet, penelitian gunungapi, dll.
Gambar dari bagian-bagian
peralatan Overhauser Magnetometer GSM-19T
AKUISISI DATA
Data dilapangan meliputi posisi titik
pengamatan, serta nilai medan magnet total bumi dengan satuan nano tesla
(nT) dari hasil pengukuran alat Magnetometer di lapangan dan di Base Station.
Base Station
Base station berfungsi sebagai pengamatan medan
magnet disatu tempat secara berkesinambungan dengan cara menempatkan alat
magnetometer di suatu tempat yang relatif rendah dari gangguan dan tidak
berpindah-pindah dengan setingan pembacaan waktu tertentu. Di bawah ini
merupakan contoh kurva dari pembacaan di Base station:
Field Acquisition
Selain data
base, yang utama adalah data lapangan yang didapat dari hasil pengamatan dengan
menggunakan alat magnetometer di titik tertentu pada area yang diinginkan, suapaya
dapat diketahui penyebaran nilai anomalimagnetnya di daerah tersebut, seperti
contoh gambar di bawah ini:
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Metode magnetik merupakan metode yangdi gunakan dengan menandalkan medan magnet bumi.
proses penggunaan metode ini sangat sederhana yaitu dengan membawa alat jalan tetapi dengan bidang grid yang di tentukan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar